Iman yang terhunjam di lubuk hati kita, merupakan anugrah
tertinggi yang kita terima dari Allah subhanahu wa ta’ala. Eksistensi iman kita
selalu berada dalam kondisi labil atau naik turun. Dari itu, sebagai rasa
syukur, setiap pribadi mukmin harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas
iman lewat ilmu dan amal sholeh. Dengan itu kita bisa semakin merasa dekat
dengan Allah Ta’ala dan kebersertaan-Nya dalam setiap gerak dan langkah kita.
Syarat Diterimanya Iman
Sebagai
suatu keyakinan, iman merupakan sesuatu yang “abstrak”. Namun keberadaannya
di dalam hati dapat kita rasakan. Iman bukan sebatas keyakinan semata. Agar pernyataan
beriman kita dapat diterima di sisi Allah, kita harus membuktikan yang
diimplementasikan melalui sikap mental dan aktivitas hidup keseharian.
Menyikapi
hal tersebut, menurut interpretasi Ulama yang disarikan dari sejumlah ayat Al-Qur’an
dan Al-Hadits dikemukakan, setidaknya ada 6 (enam) syarat untuk berterimanya
pernyataan beriman di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Syarat yang dimaksud
dapat diformulasikan sebagai berikut:
1.
Al-Yaqin (Keyakinan)
Keyakinan yang mapan tanpa dicemari keraguan tentang
keberadaan rukun iman. Berbekal keyakinan ini, kita dapat senantiasa bersikap
tegar dalam mengarungi pergulatan hidup dan berpihak kepada Allah dalam setiap
keputusan yang diambilnya.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat : 15)
2.
At-Taslim (Kepasrahan)
Bersikap pasrah dan berserah diri, menerima dengan keridhaan
hati segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya baik hal yang
terkait dengan wawasan aqidah, syari’ah, mu’amalah dan sebagainya.
“Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83)
3.
As-Sam’u Wa Ath-Tho’ah (Dengar
dan Patuh)
Kesiapan diri untuk mendengar semua seruan Allah dan
Rasul-Nya serta kebulatan hati untuk mematuhi-Nya. Baik seruan itu bersifat
perintah yang perlu dilaksanankan, maupun larangan yang harus dihindari.
“Sesungguhnya jawaban orang-orang
mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami
patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nuur : 51)
4.
Ittiba’u Al-Minhaj
(Mengikuti Methode)
Kesiapan diri mengikuti sepenuhnya sistem, methode dan aturan
yang diundangkan Allah dan Rasul-Nya dalam merealisasikan syari’at Allah. Kita harus
“haqq al-yaqin” bahwa tidak ada satu
aturan hidup yang paling baik yang mampu menyelamatkan dan mensejahterakan
kehidupan manusia selain sistem hidup yang diundangkan Allah subhanahu wa ta’ala.
“Kemudian Kami jadikan kamu
berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah
syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.” (QS. Al-Jaatsiyah : 18)
5.
‘Adam Al-Haraj (Tanpa Rasa
Keberatan)
Tidak sedikitpun merasa keberatan di hati dalam
merealisasikan hukum-hukum Allah. Undang-undang yaang diciptakan Allah
merupakan yang terbaik dari semua aturan yang dibuat manusia.
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’ : 65)
6.
‘Adam Al-Khiyaroh (Tidak
Memiliki Pilihan Lain)
Tidak adanya keinginan untuk memilih aturan lain sepanjang
permasalahan tersebut telah ada ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. Al-Ahzab : 36)
-Muhammad
Farkhan-
0 komentar:
Post a Comment