01 February 2016

Apa Yang Harus Aku Jawab Dihadapan Allah?

Suatu ketika Amirul Mukminin, Khalifah Umar ibn Khattab dalam suatu perjalanan bertemu seorang anak yang sedang mengembala kambing milik orang lain.

Anak tersebut hidup sebatang kara karena orang tuanya telah meninggal dunia. Untuk menyambung hidup, ia mengandalkan upah yang diperolehnya dari mengembala kambing.

Melihat kondisi anak tersebut, Umar hendak menguji anak tersebut. Maka mendekatlah umar.

“Banyak sekali kambing yang engkau pelihara, semuanya bagus dan gemuk. Juallah kepadaku seekor saja.” Kata Umar kepada anak tersebut

“Aku sudah diberi kepercayaan oleh majikanku” Kata anak tersebut

“Katakan saja kepada majikanmu, bahwa satu ekor kambing telah dimakan serigala.” Ucap Umar

Anak tersebut terdiam sejenak, kemudian berkata “Lalu, apa yang harus aku jawab nanti di hadapan Allah?”

“Aku bisa mengatakan kambingnya telah dimakan serigala kepada majikanku, namun apa yang harus aku jawab nanti dihadapan Allah?”

Mendengar perkataan anak tersebut Umar pun menagis, kemudian meminta untuk membebaskan anak tersebut dan berkata “Perkataanmu itu telah membebaskanmu di dunia ini. Aku memohon kepada Allah agar membebaskanmu ketika engkau bertemu dengan-Nya.”

Pada hari ini, dimanakah para pemegang amanah berucap kalimat tersebut? Dimanakah..

Apa yang harus aku jawab dihadapan Allah?

Disaat semua anggota tubuhku mampu berbicara memberi kesaksian?

“Pada hari itu, lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. An-Nur : 24)


14 June 2015

Tak Perlu Takut Khilafah


Beberapa tahun terakhir kata-kata khilafah seolah tak asing lagi di telinga sebagian orang, terlebih aktivis dakwah dari berbagai kelompok. Kenapa demikian? Pakar sejarah Islam, Budi Ashari, LC mengatakan “ya memang ini sudah waktunya.. insyaAllah”

Seperti yang telah diketahui, bahwa berabad lalu Rasulullah SAW telah mengabarkan bahwa ada lima fase peradaban yang akan dilalui seluruh umat manusia.

“Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu masa khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (khilafah yang berjalan diatas metode kenabian) selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa kerajaan yang menggigit selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, selanjutnya datang masa kerajaan yang memaksa (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan datang kembali khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Kemudian Rasul SAW diam.” (HR. Ahmad)

Maka tatkala ketika para mayoritas ulama menyatakan bahwa sekarang ini umat manusia berada di fase keempat, yakni kerajaan memaksa atau pemerintahan diktator, seruan-seruan untuk kembali melanjutkan kehidupan Islam terus bergema diseluruh penjuru dunia tak terkecuali Indonesia.